Senin, Februari 09, 2009

KEMBALILAH NAK, INI AKU BAPAMU !!

Written by: liesye herlyna


Genaplah nats yang dikatakan oleh kitab suci, bahwa manusia akhir jaman akan kehilangan kasih dan menjadi suam. Dan rupanya fenomenal ini melanda gereja-gereja dan umat TUHAN. Hati untuk melayani, hati untuk jiwa-jiwa seakan-akan lenyap tersapu oleh berbagai macam kesibukan dan beraneka “pelayanan”.


Hal in tak urung menciptakan orang-orang KRISTEN yang hidupnya ekslusif, mengasingkan diri dari dunia luar, sibuk dengan dirinya sendiri dan lebih menenggelamkan diri dengan macam-macam pelayanan di gereja..Sungguh suatu alasan klise, bahwa kita sibuk di gereja, sibuk ikut seminar-seminar dan kita menjadi tidak pernah berinteraksi dengan keluarga besar atau masyarakat umum yang notabene belum mengenal TUHAN. Kita adalah terang dunia, bila terang berkumpul dengan terang, terang itu tidak ada gunanya. Tetapi bila terang itu berada di tempat gelap, maka terang itu akan memiliki manfaat yang sangat besar.

Seringkali dan tanpa sadar kita (yang mengaku KRISTEN, pelayan TUHAN) sudah menjadi ahli-ahli Farisi yang menganggap diri sudah benar, hidup kudus, hidup suci, merasa bahwa orang di luar KRISTEN adalah orang berdosa dan patut dijauhi. Seringkali kita menggunakan FIRMAN TUHAN “Pergaulan yang buruk merusakan kebiasaan yang baik.” untuk membatasi kita berhubungan dengan mereka. Padahal seharusnya kita tidak menjauhkan diri dari mereka bahkan seharusnya kita merangkul mereka DENGAN tetap menjaga hubungan itu supaya kita tidak terpengaruh dengan kebiasaan buruk mereka.


Makanya tak heran, diluar sana banyak orang yang merasa antipati dengan kehadiran orang KRISTEN. Karena ke-ekslusif-an hidup kita, yang tidak mau bergaul dengan orang di luar KRISTEN dan hanya mau bergaul dengan sesama orang KRISTEN. Kita bukan lagi menjadi berkat malahan kita menjadi kutuk bagi orang lain.


Anda tentunya ingat kisah anak yang hilang. Anda tentu mengetahui bagaimana kisah perjalanan anak ini hingga akhirnya dia bertobat dan kembali ke rumah BAPAnya. Tapi seringkali kita melupakan kisah si anak sulung, seorang anak yang setia tinggal bersama bapanya tapi dia pernah merasakan indahnya hubungan bapa dan anak.


LUKAS 15:25-32, menceritakan tindakan yang dilakukan oleh si anak sulung (kisahnya silakan anda buka di alkitab);
1. Si sulung adalah anak yang rajin bekerja terbukti dengan mau menggembalakan ternak milik ayahnya
2. Saat mendengar ada pesta di rumahnya, si sulung memanggil hambanya dan bertanya kepadanya
3. Saat mendengar bahwa adiknya telah kembali dan ayahya merayakannya, dia langsung marah
4. Si sulung merajuk, tidak mau masuk ke dalam rumah dan merasa diperlakukan tidak adil oleh ayahnya
5. Dengan penuh kearifan, ayahnya bertanya kenapa si sulung tidak mau masuk dan menjelaskannya.
6. Si sulung tidak terima ayahnya bersikap demikian, dia merasa lebih berjasa karena TELAH mematuhi semua yang dikatakan ayahnya. Dan merasa adiknya tidak layak untuk mendapatkan penghormatan itu, seharusnya dialah yang mendapat penghormatan itu.
7. Ayahnya adalah seorang yang penuh kasih, dia tidak pernah membeda-bedakan anak-anaknya. Bahkan DIA merangkul dengan KASIH semua anak-anakNYA. Semua orang adalah milik yang paling berharga bagi diriNYA.



Saat ROH KUDUS membukakan perkara ini kepada saya, saya sungguh terkejut dan merasa tertampar. KENAPA ? Karena tanpa sadar saya telah menjadi anak sulung ini, yang merasa sudah rohani, merasa sudah hidup kudus, menganggap diri sebagai orang penting di gereja, merasa sebagai anak kesayangan gembala sehingga pada saat ada orang baru datang, saya merasa posisi saya terancam. Saya takut tersaingi saat ada orang baru sudah mengalami pertumbuhan rohani yang pesat dan menggeser kedudukan saya. Dan saya sudah menipu TUHAN dengan meng-eklusifkan diri dengan hanya bergaul dengan orang KRISTEN. Saat bertemu dengan orang di luar KRISTEN atau yang masih baru di dalam TUHAN, dalam hati saya sudah menghakimi mereka dan memandang rendah mereka. Betapa buruknya saya.


Kesalahan anak sulung, yaitu:
1. Merasa diri berjasa kepada ayahnya
Bukankah kita pun sering seperti ini, aktif di pelayanan, aktif di persekutuan, aktif kunjungan dan merasa kita layak untuk mendapatkan bayaran atas jerih payah kita. Disini ROH KUDUS hendak memurnikan kembali motivasi kita, apakah tujuan yang sebenarnya kita melayani TUHAN. Bukan demi segepok uang atau nama kita terkenal, tapi yang TUHAN mau, kita melayani TUHAN atas dasar kasih kita kepada TUHAN. Biarlah hanya nama TUHAN yang dimuliakan.

2. Mencari informasi pada orang yang salah
Seringkali kita lebih mendengarkan gossip daripada kenyataan sebenarnya dan bahkan mempercayainya. Bukankah pertengkaran dan perpecahan di tengah jemaat dan gereja, banyak terjadi karena informasi yang salah. Seseorang yang mengalami kekecewaan akan menebarkan informasi yang salah dan itu akan mengkhamirkan banyak orang. Jadi, klarifikasilah masalah tersebut pada yang bersangkutan. Dengan anda bersikap demikian, menghindari perpecahan dan menjaga kekudusan hidup anda.


Ada 3 acuan yang bisa anda gunakan, saat mendapatkan info;
1. apakah informasi ini penting buat saya ?
2. apakah informasi ini berguna bagi saya ?
3. apakah informasi ini berguna bagi orang lain ?
Jadi, bila informasi yang anda terima, tidak memenuhi syarat diatas, cukup sampai disitu dan buanglah ke tempat sampah.

3. Tidak cross check informasi lagi
Ada sebuah pepatah mengatakan kabar burung lebih indah dari kabar yang sebenarnya dan anehnya banyak orang yang lebih menyukainya bahkan menerima mentah-mentah berita tersebut. Saat si sulung mendengar berita dari pelayannya bahwa adiknya telah kembali dan ayahnya telah memotong lembu tambun, seketika emosinya naik dan marah-marah tidak mau masuk ke dalam rumah.

Salah satu kelemahan saya dalam hal penguasaan diri, begitu mendengar suatu kabar yang belum pasti kebenarannya langsung ikut mengomentari atau langsung terlibat di dalamnya. Dan itu membawa dampak yang buruk bagi psikologi saya dan juga dalam hubungan pertemanan. Bersyukur ada ROH KUDUS yang mendidik dan mengajar saya untuk bisa menahan diri, berfikir dengan tenang dan cross check lagi dengan nara sumber yang benar dan tepat.

4. Tidak punya hubungan yang intim dengan ayahnya
Sebuah hubungan yang sehat ditandai dengan adanya komunikasi di antara kedua belah pihak, masing-masing pihak dapat mengutarakan apa yang menjadi keinginannya, apa yang menjadi kerinduannya, apa yang menjadi harapannya, apa yang menjadi mimpinya, dan itu di sharekan bersama. Saat kesepakatan itu terjalin, masing-masing pihak tahu apa yang menjadi tujuan dari hubungan itu. Komunikasi sangat PENTING untuk menjaga keutuhan sebuah hubungan, komunikasi dapat membuka pintu-pintu yang macet dan memecahkan kebekuan sebuah hubungan.

Saking sibuknya mengerjakan pekerjaan ayahnya, anak sulung ini melupakan waktu-waktu berkomunikasi bersama ayahnya. Makanya tak heran, si anak sulung tidak tahu apa yang menjadi kerinduan si ayah, apa yang menjadi harapan si ayah, apa yang ada di dalam hati si ayah. Sehingga pada saat ayahnya menyambut kedatangan si anak bungsu. Si sulung menjadi kecewa.

5. Hidup dalam rutinitas
Hidup dalam rutinitas adalah hidup yang sangat membosankan. Bagaimana tidak, mulai dari bangun tidur sampai tidur terus melakukan pekerjaan yang sama dan itu dilakukan terus menerus selama bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun.

Demikian pula dalam hal pelayanan di gereja, contoh: dari sejak bertobat sampai usia 65 tetap setia sebagi usher atau sebagai kolektan. Itu artinya anda hidup dalam rutinitas, padahal TUHAhN menciptakan anda untuk menikmati hidup ini dengan 1001 kegiatan yang TUHAN sediakan bagi anda. Ok lah, anda memulai pelayanan sebagai usher/kolektan, kemudian berkembang menjadi pembimbing rohani, berkembang lagi menjadi pemain musik, berkembang lagi menjadi ketua persekutuan, berkembang….berkembang….. dan berkembang terus memaksimalkan setiap potensi yang ada dalam diri anda. Saya yakin, hidup anda tidak akan bosan lagi.

6. Tidak mau mengampuni
Nah ini dia penyakit mematikan yang menggerogoti dari dalam kehidupan anak-anak TUHAN. Tanpa sadar, dosa ini membuat mata hati kita menjadi buta terhadap orang-orang yang membutuhkan KRISTUS. Menjadikan kita orang-orang egois yang hanya mementingkan keselamatan diri sendiri dan tidak peduli akan keselamatan orang lain.Sebagai anak sulung, dia tentu merasakan penderitaan yang dialami ayahnya.


Bagaimana tidak, saat ayahnya masih hidup, adiknya sudah berani minta warisan dan menghambur-hamburkannya dengan pelacur. Itu sama saja dengan mendoakan agar ayahnya cepat mati. Sebagai kakak, dia tentu sakit hati ayahnya diperlakukan demikian. Sejak kejadian itu, si sulung lebih memilih untuk mengutuki adiknya dan menyimpan kepahitan itu di dalam hatinya dari pada mengampuninya. Terlebih saat dia mendengar bahwa adiknya jatuh miskin dan harus hidup menderita, si sulung beranggapan bahwa memang layak si bungsu mengalami hal tersebut. Sikap tidak bersahabat dan bermusuhan diperlihatkan saat mendengar adik bungsunya pulang kembali ke rumahnya.


Bukankah kita pun demikian, kita merasa bahwa orang-orang yang telah menyakiti kita atau orang-orang terdekat, tidak layak mendapat pengampunan. Terlebih lagi saat kita mendengar bahwa orang yang telah menyakiti kita itu ditimpa kemalangan, hati kecil kita akan bersorak kegirangan dan berkata “ SYUKURIN… itu lah akibatnya kalau mengganggu aku, aku kan anak TUHAN, TUHAN telah membela aku. Buktinya kamu hancur sekarang.” Waduh… jahat sekali pikiran seperti itu.


Saya akui dihadapan anda, saya telah melakukannya dan itu sangat teramat jahat di mata TUHAN. Hal ini membuat saya sama berdosanya dengan orang tersebut. PEMBALASAN ADA DI TANGAN TUHAN ITU BENAR, tapi kita tidak boleh ikut-ikutan menyumpahinya dan bertindak menjadi “tuhan” atas diri orang itu. Akibatnya, kita pun akan mengalami hukuman yang sama dari TUHAN. Sakit bukan ???

7. Suka membandingkan diri
Orang-orang yang sudah lama berjemaat di suatu gereja terlebih yang sudah lama melayani sering terkena sindrom ini. Merasa bahwa mereka pantas mendapatkan penghormatan atas pelayanan mereka, harus diperhatikan, mendapatkan fasilitas khusus sebagai pelayan TUHAN, merasa lebih rohani, dan pada saat muncul orang baru dengan kharismanya dengan sistem yang baru. Mulailah timbul syak dan mulai membanding-bandingkan dengan sistem yang sudah lama tertanam di gereja tersebut. Akibatnya akan timbul iri hati, dengki dan perpecahan.


Orang yang suka membanding-bandingkan sesuatu, sebenarnya karena dia tidak mau terusik keberadaan dirinya dan senang berada di zona nyaman.


Si sulung merasa, keberadaan dirinya terusik dengan kehadiran kembali si bungsu. Selama ini, dia berfikir hanya dia satu-satunya ahli waris dan memiliki otoritas penuh. Tapi dengan kembalinya si anak bungsu, mematahkan kekuasaan mutlak yang dimiliki si sulung. Akibatnya, dia tidak terima dan mengambil sikap bermusuhan.


Mendengar si sulung tidak mau masuk, ayahnya segera mendatanginya dan mengutarakan seluruh isi hatinya. Terjalinnya komunikasi inilah yang membuat hubungan mereka menjadi pulih.


Sikap yang diambil si sulung, di yaitu :
- Rendah hati mau menyadari kesalahannya
- Berdamai dengan diri sendiri bahwa dia pun adalah anak ayahnya dan juga sama-sama dikasihi
- Posisi atau urutan kelahiran tidak berpengaruh terhadap sebuah hubungan, yang mempengaruhi adalah bagaimana kita membangun hubungan tersebut melalui komunikasi yang sehat dan benar
- Menyadari bahwa setiap orang layak mendapat perlakuan dan penerimaan yang sama terlepas dari masa lalu nya. Karena semua begitu berharga di mata ALLAH.
- Saat seseorang berbuat dosa yang rusak adalah relationshipnya tapi ikatan batin dan status tidak rusak.
- Memperbaiki hubungan intim dengan ayahnya (kembali kepada kasih mula-mula)


Kisah anak yang hilang ini ditutup dengan happy ending saat si sulung menyadari kesalahannya. Bukan hanya anak bungsu yang bertobat tapi anak sulungnya juga dan keluarga ini menjadi utuh kembali.



Judul di atas bukan ditujukan bagi orang yang baru bertobat, tapi bagi kita yang notabene sudah melayani TUHAN. TUHAN memanggil kita untuk kembali kepada kasih yang mula-mula dan dengan motivasi yang benar dalam melayani DIA. Marilah kita intropreksi diri, jangan-jangan kita pun terjebak dalam posisi anak sulung ini. Kiranya ROH KUDUS yang menyucikan dan memurnikan kita.


TUHAN memberkati ! (lies)

Tidak ada komentar: