Senin, Februari 09, 2009

HAL MENGAMPUNI (part 3)

Written by: liesye herlyna
 

Menjadi seorang konselor bukanlah talent saya, karena saya tipikal orang aktif yang senang bicara dan didengarkan daripada duduk diam dengan manis dan mendengarkan orang lain bicara. Bagi saya hal ini adalah pergumulan yang berat namun bagi TUHAN ini adalah latihan bagi jiwa (kedagingan) saya untuk ditundukkan di dalam roh. Seorang LIESYE yang tadinya sombong dan arogan, selalu ingin didengar dan dipatuhi. TUHAN ubahkan menjadi seorang yang punya hati untuk melayani dan mau mendengarkan orang lain.

Dalam beberapa kesempatan, TUHAN pertemukan saya dengan orang-orang yang selalu mengeluh dalam hidupnya dan menyalahkan keadaan. Bahkan tak jarang mereka mengutuki dirinya sendiri dengan berkata “Wah sial aku hari ini, motor kempes”, “Sungguh malang nasibku, wajahku tidak setampan atau secantik orang itu” “Saya memang bodoh”, “Saya memang dari keturunan miskin”, “Hidup saya sudah gagal”, etc.

Anda mungkin bertanya-tanya, apa hubungan antara mengampuni dengan mengutuki diri. Sangat erat bahkan teramat erat, kenapa ?

Pada dasarnya manusia diciptakan untuk menerima yang baik, utuh dan sempurna. Jadi pada saat “sesuatu (it)” yang tidak baik atau negative itu masuk dan membangun tempat tinggalnya, “it” sedang melukai hati kita.

Bayangkan sebuah benda yang bersisi tajam dan tidak berbentuk menyentuh diri anda, apa yang anda rasakan ? Anda tentu akan merasa kesakitan. Tapi bila anda terus-terusan bersentuhan dengannya, anda menjadi terbiasa dengannya. Jadi, saat anda menerima “it” yang negative, sebenarnya “it” sudah melukai hati anda. Dan saat anda membiarkannya diam dalam kehidupan anda dan akan membangun benteng-benteng pertahanan, anda akan menjadi terbiasa dan merasa layak dengan ketidaknyamanan ini.

Bukankah banyak dari kita yang membiarkan kepahitan, sakit hati, iri hati, dendam, etc menguasai hidup kita. OK lah, kita melayani TUHAN, OK lah kita dilayani kelepasan, tapi untuk mengampuni seseorang apalagi yang notabene menyakiti kita, kita tidak mau mengampuninya. Saya tahu memang tidak mudah mengampuni seseorang apalagi pasangan kita yang telak-telak menolok kita dengan selingkuh, yang mengingkari janji suci di hadapan TUHAN. Atau seseorang yang telah kita anggap saudara, tega-teganya menipu uang kita. Atau rekan sekerja yang mencuri hasil rancangan kita sehingga dia naik jabatan, etc. Apapun masalah anda, lepaskanlah itu dan ampunilah.

Kita memang telah ditipu, kita memang telah dibohongi, kita memang telah disakiti, tapi jangan biarkan diri anda menjadi korban. Dengan anda membiarkan diri anda berada di posisi ini, secara tidak sadar anda telah memberikan diri anda menjadi tawanan dosa. Saat kita tidak mau mengampuni seseorang secara tidak sadar, kita sudah mengikatkan diri dengan dosa orang itu (part 2). Dan tanpa sadar, kita melakukan juga hal yang sama (hal negative) seperti orang itu. Bahkan mungkin lebih jahat lagi. Anda mungkin ingat, beberapa waktu yang lalu di media masa pernah mengangkat kasus seorang wanita yang sering disiksa oleh suaminya hingga suatu hari wanita ini nekad me-mutilasi suaminya.

Bila kejahatan dibalas kejahatan, lalu apa bedanya kita dengan orang yang tidak mengenal ALLAH ? Kita tak ubahnya seperti orang fasik.

Dengan anda mengenali sebab-sebab yang bisa menimbulkan kepahitan, anda akan lebih mudah untuk mengendalikannya:
- diperlakukan tidak adil
- diperlakukan tidak senonoh (pelecehan sexual baik oleh ortu, saudara, paman, teman, guru, rekan, pacar, etc)
- dimaki-maki
- ditipu
- dimarahi
- dikasari
- penolakan


Perlu anda sadari bahwa setiap luka-luka itu akan menancapkan cakar-cakarnya dan menggali dalam-dalam untuk meletakkan benih persemaiannya. Saat benih itu tumbuh, akar-akarnya akan membelit anda dengan kuat dan membuat anda tidak memiliki kehidupan lagi.


Dibawah ini adalah buah-buah yang dihasilkan dari tidak mengampuni :
- Lingkungan yang keras
- Harga diri yang hancur
- Standar diri yang rendah
- Mengasihani diri sendiri yang tinggi
- Independent
- Egois
- Sombong
- Tertutup
- Tidak tunduk pada otoritas
- Merasa diri paling benar
- Biang keributan
- Suka menguasai orang lain
- Suka memprovokasi keadaan
- Suka curiga dan berprasangka buruk
- Suka menjelek-jelekkan orang lain
- Suka kuatir akan segala hal
- Perfeksionis
- Keras kepala
- Etc


Seseorang yang tidak mau mengampuni, sesungguhnya di alam bawah sadarnya tertanam bahwa dirinya layak untuk menerima hal ini. Sehingga pada saat dia mendapatkan perlakukan tidak adil, dia tidak mampu memberontak hanya bisa meratapi, menangisi, mencari belas kasihan orang lain dan pembelaan atas dirinya. Hal ini tidak membuat keadaan menjadi semakin baik bahkan semakin buruk.


LANGKAH-LANGKAH MENGALAMI PEMULIHAN HATI
1. Temukan apa yang menjadi sumber anda tidak mau mengampuni
2. Sadari bahwa dengan sikap anda tidak mau mengampuni, maka dosa orang itu akan mengikat anda juga. Dan membuat anda sama seperti orang itu.
3. Datang pada TUHAN dan minta pengampunan atas diri anda dan orang itu.
4. Ambil sikap untuk tidak mengungkit-ungkit masalah itu lagi
5. Masukkan kebenaran FIRMAN TUHAN dan hiduplah di dalamnya.
“TUHAN terlebih dahulu mengasihi saya bahkan pada saat saya masih berdosa”, “Apa yang kamu ingat di bumi akan terikat di sorga”, “ Bila kita tidak mau mengampunia, TUHAN tidak akan mendengar doa-doa kita.”, etc
6. Berdamai dengan orang tersebut bisa dengan cara mendatangi atau telephone.


ORANG YANG TIDAK MAU MENGAMPUNI ORANG LAIN, TANPA SADAR SEBENARNYA TELAH MENJADI PEMBUNUH BAGI ORANG TERSEBUT. DAN KITA TAHU SEORANG PEMBUNUH TIDAK DAPAT MASUK SURGA.


PS:
- Ambillah sikap hari ini
- Saat engkau mendengar suaraNYA jangan keraskan hatimu
- Sekarang adalah waktu yang tepat bagi anda untuk memulai suatu kehidupan yang baru dan menjadi ciptaan yang baru
- Jangan biarkan kepahitan menggeroti kehidupan anda dan menjadikan anda seorang pembunuh
- Keputusan di tangan anda


TUHAN memberkati !! (lies)

Tidak ada komentar: