Written by : liesye herlyna
Apakah
ALLAH suka menghukum ? Apakah ALLAH itu adil ? Sejauh mana keadilan ALLAH itu ?
Lalu bagaimana dengan kasih karunia ? Apakah setelah ada kasih karunia, tidak
ada lagi penghukuman ? Sampai sejauh mana kasih karunia itu berlaku ?
Pertanyaan
ini tiba-tiba muncul dalam benak saya ketika saya menerima sebuah sms yang
disampaikan oleh salah seorang rekan beberapa hari yang lalu.
Pertanyaan-pertanyaan di atas kelihatan klise, namun sebenarnya memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap iman percaya kita kepada TUHAN.
Anda
tentu ingat kisah anak yang hilang, bagaimana si anak bungsu meminta bagiannya
pada saat ayahnya masih hidup dan menghambur-hamburnya sampai habis. Hingga
satu ketika anak bungsu ini MENYADARI KESALAHANNYA, BERTOBAT, BANGKIT DAN MEMUTUSKAN
UNTUK KEMBALI KE RUMAH BAPA.
LUKAS 15: 17-19, “Lalu ia menyadari keadaannya, katanya:
Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi
aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan
berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang
upahan bapa.”
Kesulitan
hidup dan tekanan demi tekanan dalam kehidupan, mendorong anak bungsu untuk kembali
ke rumah bapa, namun ketakutan akibat perbuatannya senantiasa menghantui
dirinya. DIA takut mendapat penolakan dan tidak diakui lagi sebagai anak. Berkali-kali anak bungsu menepis kerinduan
untuk kembali ke rumah bapa, dan mencoba untuk tetap hidup di perantauan. Namun
kenangan-kenangan indah akan sikap dan perlakuan bapa terhadap dirinya,
bagaimana bapa-nya senantiasa ada untuk melindungi dan menjaga dirinya, membuat
perasaan rindu itu tidak tertahankan lagi.
Hingga satu masa, anak bungsu memantapkan hati dan memberanikan
diri untuk pulang.
APA
TINDAKAN BAPA ?
LUKAS 15:20, “Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya.
Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh
belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium
dia.”
Dari
kejauhan bapa TELAH melihat anak bungsu ini. Hati bapa dipenuhi oleh kerinduan
akan anak bungsu ini, siang dan malam bapa menanti-nantikan kedatangan anak
bungsu ini pulang. Hingga satu masa, bapa melihat sesosok tubuh yang berjalan
dengan lunglai dari kejauhan, mata bapa terbelalak dan menatap tajam pada sosok
tubuh itu. Dengan segera bapa menyadari bahwa itu adalah sosok anaknya yang
bungsu, yang telah lama sangat dinanti-nantikan kehadirannya.
Pekik
kegirangan dan tetesan air mata penuh haru mengalir di wajah bapa, segera bapa
meninggalkan tempatnya berdiri dan berlari menyambut kedatangan anak bungsu ini. Bapa segera merangkul dan
menciuminya bertubi-tubi untuk menumpahkan segenap rasa sayang dan kerinduan yang
sangat atas diri si anak bungsu. Bapa
tidak peduli akan bau tubuh yang menyengat dari tubuh di hadapannya, bapa tidak
peduli bahwa tubuh yang ada dihadapannya ini belum mandi berbulan-bulan dan
berganti pakaian, bahkan tidak peduli bahwa tubuh di hadapan ini adalah orang
yang telah menghabiskan harta kekayaannya dan telah mempermalukan dirinya.
Dalam benak bapa hanya satu hal “ANAK-KU TELAH
KEMBALI. ORANG YANG BERDIRI DI HADAPAN-KU INI ADALAH ANAK-KU…..ANAK-KU…..DARAH
DAGING-KU SENDIRI.”
APA
TINDAKAN ANAK ?
LUKAS 15:21, “Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah
berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak
bapa.”
Anak
bungsu datang kepada bapa dengan penuh penyesalan dan pertobatan. Dia datang
untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya dan memohon pengampunan dari
bapa. Sikap anak bungsu ini menunjukkan sebuah kedewasaan karakter, dimana dia
berani mempertanggungjawaban semua perbuatannya dan bersedia menanggung resiko
yang ada. Sekalipun penderitaan lahiriah
yang harus dia terima, dia siap menerimanya, karena itu adalah konsekuensi dari
pilihan hidup yang dia ambil sebelumnya. Anak bungsu siap menuai apa yang telah
dia tabur selama ini.
PEMULIHAN
YANG DILAKUKAN OLEH BAPA
LUKAS 15:22-24, “Tetapi ayah itu berkata kepada
hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu
kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan
ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan
bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah
hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.”
Melihat
anaknya datang dengan penuh penyesalan, hati bapa iba, bukan hanya pengampunan
tapi bapa juga memulihkan jati diri si anak dan juga status sosialnya di
masyarakat dengan memakaikan jubah sebagai pemulihan gambar diri, cincin
sebagai lambang perdamaian dan otoritas, dan sepatu sebagai penuntun dalam kehidupannya.
Dan bukan hanya itu saja, bapa pun mengadakan pesta untuk merayakan kembalinya
anak bungsu itu.
Kisah
di atas menggambarkan BAPA DI SURGA dan kita sebagai anak bungsu. Ketika kita
berdosa dan datang kepada BAPA dengan penuh penyesalan. Pintu maaf itu selalu
terbuka untuk kita 24 jam. Tidak pernah
sedikitpun dalam benak BAPA untuk menghukum anak-anak-NYA ketika kita melakukan
kesalahan atau dosa. Karena BAPA tidak pernah menghukum.
Yang ada, adalah kita dihukum
oleh perbuatan kita sendiri. Sama seperti anak bungsu yang harus menderita
kelaparan, kesusahan, penghinaan, yang diakibatkan oleh perbuatannya sendiri.
Anak bungsu menderita bukan karena dihukum oleh BAPA, tetapi sebagai akibat
dari pilihan yang diambilnya. Apa yang
dilakukan oleh anak bungsu itu adalah pilihan hidup. Pilihan hidup yang kita pilih, akan
menentukan apakah kita akan menghabisnya dalam kekekalan atau kebinasaan.
Taruhlah
anak bungsu ini bermain-main dengan pelacur dan menderita HIV, ketika dia
bertobat dan datang kepada BAPA, BAPA tetap mengampuni dan memulihkan rohnya.
Namun akibat tindakannya (pilihan hidupnya red), anak bungsu tetap harus menanggungnya yaitu
sebagai penderita HIV. Bisa saja BAPA menyembuhkan anak bungsu ini dari HIV, namun BAPA memilih untuk membiarkannya karena itu adalah konsekuensi dari perbuatan
anak bungsu.
Mungkin
banyak dari kita yang berfikir, “TUHAN tidak adil, kenapa TUHAN tidak menyembuhakn
saja penyakit anak bungsu ini, toch dia sudah bertobat dan minta ampun. Bila
TUHAN tetap membiarkannya menderita seperti itu, dimanakah kasih karunia TUHAN
?”
Disinilah kedaulatan dan keadilan
TUHAN berbicara. Bila TUHAN mengangkat penderitaan tubuh yang dialami anak
bungsu, itu berarti TUHAN juga harus mengangkat semua penderitaan yang dialami
oleh seluruh penduduk dunia, orang-orang yang belum menerima DIA sebagai TUHAN
dan JURU SELAMAT. Dan itu berarti ALLAH menyangkali dosa akibat pemberontakan
manusia.
ALLAH
berjanji bahwa melalui DARAH PUTRA-NYA,
keselamatan itu terjadi. Darah YESUS telah tersedia, semuanya itu kembali kepada keputusan kita apakah kita akan
menerima-NYA atau tidak. Bagi orang yang tidak menerima darah YESUS,
pengampunan itu tidak tersedia baginya. HANYA orang yang menerima darah YESUS,
pengampunan dan pemulihan itu terjadi. Sekalipun kita harus menanggung
penderitaan lahiriah, darah dan kasih karunia ALLAH lebih dari cukup untuk
menyertai kita untuk melaluinya. ALLAH
lebih concern mengenai keselamatan rohani kita daripada lahiriah, karena yang
rohani adalah kekal sedangkan yang lahiriah akan mati dan hancur.
Satu
pembelajaran yang saya dapatkan dari kisah anak yang hilang ini, kenapa BAPA tidak
menghukum anak bungsu ini ?
Orang-orang yang terpuruk, dalam
kondisi lemah, tidak berdaya, menderita sakit penyakit, sangat rentan terhadap perlakuan
fisik, perkataan yang tajam dan keras termasuk perlakuan lingkungan terhadap
dirinya. Hal ini akan membuat orang-orang ini memiliki kecenderungan untuk
bersikap minder, depresi, tertekan, bahkan mungkin apatis. Hal ini pun terjadi
pada anak bungsu yang berkata “AKU TIDAK LAYAK LAGI DISEBUT ANAK BAPA.” BAPA
sangat mengenal karakter anak bungsu ini, tanpa ba..bi…bu….lagi, BAPA segera
merangkul dan memulihkan harga diri si anak bungsu bahwa dia sangat berharga di
mata bapa dan selamanya tetap menjadi anak kesayangan.
BAPA DI SURGA pun demikian, DIA tidak
memperlakukan kita sebagai orang –orang hukuman tapi BAPA memperlakukan kita sebagai anak, anak kesayangan-NYA,
yang tidak akan pernah dilepaskan walau dengan satu kedipan mata saja.
Saudaraku ketahuilah sebuah
kebenaran ini,
BAPA tidak pernah menghukum
engkau,
Engkau dihukum oleh dirimu
sendiri, sebagai akibat dari pilihan untuk berbuat dosa,
Ketika engkau bersalah, datanglah pada-NYA dan minta ampun,
Berdamailah dengan diri-NYA,
Saudaraku,
Pintu maaf selalu terbuka
untukmu,
Jadilah bijaksana dan
pergunakanlah waktu yang ada sebelum jam hidupmu berdentang.
Saudaraku,
BAPA sangat mengasihimu,
Karena engkau adalah anak
bungsu-NYA yang hilang dan sekarang sudah ditemukan kembali,
Karena engkau adalah harta
kesayangan-NYA.
With a warm love form GOD ! (lyn-
16042010)
Visit :
http://myjourney-hliesye.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar