Jumat, April 16, 2010

APAKAH ALLAH SUKA MENGHUKUM ? (part 1)


Written by : liesye herlyna
        Apakah ALLAH suka menghukum ? Apakah ALLAH itu adil ? Sejauh mana keadilan ALLAH itu ? Lalu bagaimana dengan kasih karunia ? Apakah setelah ada kasih karunia, tidak ada lagi penghukuman ? Sampai sejauh mana kasih karunia itu berlaku ?
         Pertanyaan ini tiba-tiba muncul dalam benak saya ketika saya menerima sebuah sms yang disampaikan oleh salah seorang rekan beberapa hari yang lalu. Pertanyaan-pertanyaan di atas kelihatan klise, namun sebenarnya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap iman percaya kita kepada TUHAN.
         Anda tentu ingat kisah anak yang hilang, bagaimana si anak bungsu meminta bagiannya pada saat ayahnya masih hidup dan menghambur-hamburnya sampai habis. Hingga satu ketika anak bungsu ini MENYADARI KESALAHANNYA, BERTOBAT, BANGKIT DAN MEMUTUSKAN UNTUK KEMBALI KE RUMAH BAPA.
LUKAS 15: 17-19, “Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.”
                Kesulitan hidup dan tekanan demi tekanan dalam kehidupan, mendorong anak bungsu untuk kembali ke rumah bapa, namun ketakutan akibat perbuatannya senantiasa menghantui dirinya. DIA takut mendapat penolakan dan tidak diakui lagi sebagai anak.  Berkali-kali anak bungsu menepis kerinduan untuk kembali ke rumah bapa, dan mencoba untuk tetap hidup di perantauan. Namun kenangan-kenangan indah akan sikap dan perlakuan bapa terhadap dirinya, bagaimana bapa-nya senantiasa ada untuk melindungi dan menjaga dirinya, membuat perasaan rindu itu tidak tertahankan lagi.
Hingga satu masa,  anak bungsu memantapkan hati dan memberanikan diri untuk pulang.

APA TINDAKAN BAPA  ?
LUKAS 15:20, “Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.”
                Dari kejauhan bapa TELAH melihat anak bungsu ini. Hati bapa dipenuhi oleh kerinduan akan anak bungsu ini, siang dan malam bapa menanti-nantikan kedatangan anak bungsu ini pulang. Hingga satu masa, bapa melihat sesosok tubuh yang berjalan dengan lunglai dari kejauhan, mata bapa terbelalak dan menatap tajam pada sosok tubuh itu. Dengan segera bapa menyadari bahwa itu adalah sosok anaknya yang bungsu, yang telah lama sangat dinanti-nantikan kehadirannya.
                Pekik kegirangan dan tetesan air mata penuh haru mengalir di wajah bapa, segera bapa meninggalkan tempatnya berdiri dan berlari menyambut kedatangan anak  bungsu ini. Bapa segera merangkul dan menciuminya bertubi-tubi untuk menumpahkan segenap rasa sayang dan kerinduan yang sangat atas diri si anak bungsu.  Bapa tidak peduli akan bau tubuh yang menyengat dari tubuh di hadapannya, bapa tidak peduli bahwa tubuh yang ada dihadapannya ini belum mandi berbulan-bulan dan berganti pakaian, bahkan tidak peduli bahwa tubuh di hadapan ini adalah orang yang telah menghabiskan harta kekayaannya dan telah mempermalukan dirinya. Dalam benak bapa hanya satu hal “ANAK-KU TELAH KEMBALI. ORANG YANG BERDIRI DI HADAPAN-KU INI ADALAH ANAK-KU…..ANAK-KU…..DARAH DAGING-KU SENDIRI.”

APA TINDAKAN ANAK ?
LUKAS 15:21, “Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.”
                Anak bungsu datang kepada bapa dengan penuh penyesalan dan pertobatan. Dia datang untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya dan memohon pengampunan dari bapa. Sikap anak bungsu ini menunjukkan sebuah kedewasaan karakter, dimana dia berani mempertanggungjawaban semua perbuatannya dan bersedia menanggung resiko yang ada.  Sekalipun penderitaan lahiriah yang harus dia terima, dia siap menerimanya, karena itu adalah konsekuensi dari pilihan hidup yang dia ambil sebelumnya. Anak bungsu siap menuai apa yang telah dia tabur selama ini.

PEMULIHAN YANG DILAKUKAN OLEH BAPA
LUKAS 15:22-24, “Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
                Melihat anaknya datang dengan penuh penyesalan, hati bapa iba, bukan hanya pengampunan tapi bapa juga memulihkan jati diri si anak dan juga status sosialnya di masyarakat dengan memakaikan jubah sebagai pemulihan gambar diri, cincin sebagai lambang perdamaian dan otoritas, dan sepatu sebagai penuntun dalam kehidupannya. Dan bukan hanya itu saja, bapa pun mengadakan pesta untuk merayakan kembalinya anak bungsu itu.
                Kisah di atas menggambarkan BAPA DI SURGA dan kita sebagai anak bungsu. Ketika kita berdosa dan datang kepada BAPA dengan penuh penyesalan. Pintu maaf itu selalu terbuka untuk kita 24 jam.  Tidak pernah sedikitpun dalam benak BAPA untuk menghukum anak-anak-NYA ketika kita melakukan kesalahan atau dosa. Karena BAPA tidak pernah menghukum.
Yang ada, adalah kita dihukum oleh perbuatan kita sendiri. Sama seperti anak bungsu yang harus menderita kelaparan, kesusahan, penghinaan, yang diakibatkan oleh perbuatannya sendiri. Anak bungsu menderita bukan karena dihukum oleh BAPA, tetapi sebagai akibat dari pilihan yang diambilnya.  Apa yang dilakukan oleh anak bungsu itu adalah pilihan hidup.  Pilihan hidup yang kita pilih, akan menentukan apakah kita akan menghabisnya dalam kekekalan atau kebinasaan.
                Taruhlah anak bungsu ini bermain-main dengan pelacur dan menderita HIV, ketika dia bertobat dan datang kepada BAPA, BAPA tetap mengampuni dan memulihkan rohnya. Namun akibat tindakannya (pilihan hidupnya red),  anak bungsu tetap harus menanggungnya yaitu sebagai penderita HIV. Bisa saja BAPA menyembuhkan anak bungsu ini dari HIV,  namun BAPA memilih untuk membiarkannya  karena itu adalah konsekuensi dari perbuatan anak bungsu.
                Mungkin banyak dari kita yang berfikir, “TUHAN tidak adil, kenapa TUHAN tidak menyembuhakn saja penyakit anak bungsu ini, toch dia sudah bertobat dan minta ampun. Bila TUHAN tetap membiarkannya menderita seperti itu, dimanakah kasih karunia TUHAN ?”
Disinilah kedaulatan dan keadilan TUHAN berbicara. Bila TUHAN mengangkat penderitaan tubuh yang dialami anak bungsu, itu berarti TUHAN juga harus mengangkat semua penderitaan yang dialami oleh seluruh penduduk dunia, orang-orang yang belum menerima DIA sebagai TUHAN dan JURU SELAMAT. Dan itu berarti ALLAH menyangkali dosa akibat pemberontakan manusia.
                ALLAH berjanji bahwa melalui DARAH  PUTRA-NYA, keselamatan itu terjadi. Darah YESUS telah tersedia, semuanya itu kembali  kepada keputusan kita apakah kita akan menerima-NYA atau tidak. Bagi orang yang tidak menerima darah YESUS, pengampunan itu tidak tersedia baginya. HANYA orang yang menerima darah YESUS, pengampunan dan pemulihan itu terjadi. Sekalipun kita harus menanggung penderitaan lahiriah, darah dan kasih karunia ALLAH lebih dari cukup untuk menyertai kita untuk melaluinya.  ALLAH lebih concern mengenai keselamatan rohani kita daripada lahiriah, karena yang rohani adalah kekal sedangkan yang lahiriah akan mati dan hancur. 
                Satu pembelajaran yang saya dapatkan dari kisah anak yang hilang ini, kenapa BAPA tidak menghukum anak bungsu ini ?
Orang-orang yang terpuruk, dalam kondisi lemah, tidak berdaya, menderita sakit penyakit, sangat rentan terhadap perlakuan fisik, perkataan yang tajam dan keras termasuk perlakuan lingkungan terhadap dirinya. Hal ini akan membuat orang-orang ini memiliki kecenderungan untuk bersikap minder, depresi, tertekan, bahkan mungkin apatis. Hal ini pun terjadi pada anak bungsu yang berkata “AKU TIDAK LAYAK LAGI DISEBUT ANAK BAPA.” BAPA sangat mengenal karakter anak bungsu ini, tanpa ba..bi…bu….lagi, BAPA segera merangkul dan memulihkan harga diri si anak bungsu bahwa dia sangat berharga di mata bapa dan selamanya tetap menjadi anak kesayangan.
                 BAPA DI SURGA pun demikian, DIA tidak memperlakukan kita sebagai orang –orang hukuman tapi BAPA  memperlakukan kita sebagai anak, anak kesayangan-NYA, yang tidak akan pernah dilepaskan walau dengan satu kedipan mata saja.

Saudaraku ketahuilah sebuah kebenaran ini,
BAPA tidak pernah menghukum engkau,
Engkau dihukum oleh dirimu sendiri, sebagai akibat dari pilihan untuk berbuat dosa,
Ketika engkau bersalah,  datanglah pada-NYA dan minta ampun,
Berdamailah dengan diri-NYA,

Saudaraku,
Pintu maaf selalu terbuka untukmu,
Jadilah bijaksana dan pergunakanlah waktu yang ada sebelum jam hidupmu berdentang.

Saudaraku,
BAPA sangat mengasihimu,
Karena engkau adalah anak bungsu-NYA yang hilang dan sekarang sudah ditemukan kembali,
Karena engkau adalah harta kesayangan-NYA.

With a warm love form GOD ! (lyn- 16042010)
Visit : http://myjourney-hliesye.blogspot.com


Tidak ada komentar: