Sabtu, Agustus 29, 2009

SENI MENDENGAR



Written by : liesye herlyna
Renggangnya sebuah hubungan dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah komunkasi. “komunikasi” mempengaruhi sekitar 85% atas keberhasilan suatu hubungan, entah itu hubungan suami istri, bisnis, pelayanan, etc. Sebagai manusia, kita tidak dapat dipisahkan dari apa yang namanya komunikasi.
Komunikasi yang baik bukan didasarkan atas kepandaian kita berbicara, kemampuan kita menjual sesuatu tapi kemampuan kita untuk mendengar. Kelihatannya sepele dan mudah, tapi sesungguhnya tidak semudah yang dipikirkan. Mendengar asal mendengar memang mudah, masuk kanan ke luar kiri, tapi mendengar dengan hati tidak mudah. Butuh suatu empati terhadap lawan bicara kita dan ada kerinduan dalam hati kita untuk menjadi berkat bagi orang tersebut. Selesai curhat, dia akan menemukan jalan keluar atau setidaknya jauh lebih baik dari keadaan sebelumnya, bukan malah jadi tambah kusut setelah berbicara dengan kita. Dimanapun kita berada, dengan siapa pun kita berhadapan, kita harus membuka hati terhadap semua orang. Komunikasi yang terjalin harus 2 arah bukan 1 arah, dengan komunikasi yang terjalin 2 arah, keakraban akan terjalin dan ada impartasi rohani yang dapat kita berikan.
Secara manusia kita pasti jenuh bila berhadapan dengan orang yang menceritakan masalahnya terus menerus, berputar-putar di situ-situ saja dari dulu sampai sekarang. Diberi jalan keluar, eeehh…….. Tetap saja kembali menceritakan masalahnya yang itu-itu saja, menempatkan dirinya sebagai korban, menganggap dirinya yang paling malang dan patut dikasihani. Namun, itulah SENI MENDENGAR, TUHAN memberikan 2 telinga di samping kiri dan kanan, supaya kita benar-benar dapat menangkap apa yang lawan bicara kita sampaikan, mempertimbangkannya dengan matang baru kita menyampaikan apa yang memang seharusnya kita sampaikan. 
 Bila kebutuhan orang ini hanya untuk didengarkan, dengarkanlah dengan sungguh-sungguh, bila orang ini memang membutuhkan jalan keluar, tanyalah kepada ALLAH apa yang orang ini butuhkan. Supaya apa yang kita sampaikan kepadanya tidak membuat dia menjadi syak atau shock tapi membuat dia menjadi tenang dan jauh lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Saya bukanlah tipikal orang yang suka mendengarkan, saya lebih suka di dengarkan. Bila ada yang curhat pada saya, di pikiran saya sudah disiapkan jawabannya A-Z dan saya bertindak sebagai pemberi jawaban dengan berkata “ Seharusnya kamu begini “, “Seharusnya kamu begitu” padahal mungkin dia hanya ingin di dengar saja. Dan tak jarang, saya langsung memotong pembicaraannya dengan berkata, “ MASA.. masalah seperti ini tidak bisa menanganinya.”  
Seiring dengan berjalannya waktu, TUHAN menuntun saya untuk membuka hati dan membuka telinga bagi mereka. Belajar memposisikan diri sebagai seorang pendengar yang baik dan bukan seorang pemberi nasehat atau jalan keluar. Setiap berhadapan dengan orang-orang ini, TUHAN memposisikan saya sebagai DIRINYA, bagaimana diriNYA memandang setiap jiwa sebagai pribadi yang sangat berharga, bagaimana diriNYA mengalirkan kasih yang tanpa pamrih, bagaimana diriNYA melepaskan pengampunan, bagaimana diriNYA memberikan seluruh perhatiannya kepada orang-orang yang DIA hadapi. Dan TUHAN mau, melalui diri saya mereka dapat mengalami ini perjumpaan pribadi bersama YESUS secara riil.
Anda dan saya bukanlah jawaban bagi orang-orang ini, kita hanyalah sarana ALLAH untuk menuntun mereka kepada YESUS. Hanya melalui YESUS mereka akan memperoleh jawaban atas masalah-masalah mereka, hanya melalui YESUS mereka akan dipuaskan dan hanya melalui YESUS mereka akan memperoleh kemerdekaan sejati.
Seorang rekan bercerita, sebagai marketing dia tidak pernah membawa stock barang. Dia hanya membawa sampel dan itu pun hanya dalam satu tas kecil. Saat mendatangi konsumen, dia tidak langsung menawarkan barang, tapi dia akan melihat-lihat situasi dulu apakah toko sedang ramai atau sepi, apakah pemilik toko sedang dalam keadaan senang atau kesal, etc. “Banyak hal yang saya perhatikan” ujar rekan saya ini. Setelah mengamati, dia akan berdoa kepada TUHAN dan bertanya apakah ini saat yang tepat untuk menawarkan barang. Bila ROH KUDUS berkata “YA” mulailah dia bergerak. Tapi bila ROH KUDUS bilang “TIDAK”, dia tidak jadi menawarkannya. 

Dia akan memilih diam atau bercakap-cakap dengan pemilik toko, bila dia melihat bahwa si pemilik toko sedang kesal atau sedang ada masalah, dia akan mengajaknya untuk refreshing entah itu memancing, makan atau yang lainnya. “Untungnya para pemilik toko ini baik-baik dan tidak minta hal-hal yang aneh, seperti ke panti pijat, tempat pelacuran. Tapi saya percaya koq, TUHAN memberikan pelanggan yang baik dan tidak aneh-aneh“ ujarnya lagi. Di saat refresing itulah, terjalin komunikasi yang mendalam di antara mereka, saling berbagi kehidupan, saling curhat, saling menceritakan pergumulan mereka. 
Ketika si pemilik toko ini merasa lega karena ada tempat untuk meluapkan perasaannya, sebagai ungkapan terima kasih si pemilik toko ini bertanya, “Kamu punya barang apa ?” barulah rekan saya ini menawarkan barangnya. Dan dia bilang, order yang diberikan tidak tanggung-tanggung, luar biasa banyaknya. Yang semula bilang, toko sepi dan tidak akan order barang. Tapi setelah kebutuhan dia terpenuhi, si pemilik toko itu memberikan feedbacknya melalui orderan tersebut.
Andaikan rekan saya ini langsung menawarkan produk tanpa membaca situasi terlebih dahulu, saya percaya dia tidak akan mendapatkan order yang banyak. Yang ada malah diusir dan dianggap tidak tahu etika bagaimana menjadi seorang marketing. Bukan hanya merugikan diri sendiri tapi juga tanpa disadarinya, dengan bersikap demikian sebetulnya dia sedang menutup masa depannya sendiri.
Setiap orang memiliki kebutuhan untuk menyalurkan isi hatinya, entah itu pria atau wanita, seorang pendiam sekalipun mereka butuh sarana untuk mengungkapkan perasaannya dan itu adalah wajar, karena manusia bukan robot yang tanpa emosi. Terlebih lagi mahluk ciptaan TUHAN yang namanya wanita memiliki kebutuhan untuk di dengarkan lebih tinggi dari pria.
Wanita diciptakan berbeda dengan pria, wanita cenderung memakai emosi/perasaan sedangkan pria lebih kepada logika. Saat pria membahas suatu masalah itu artinya dia sedang mencari jalan keluar sedangkan saat wanita sedang membahas suatu masalah, itu artinya dia “hanya” ingin di dengarkan dan tidak perlu diberikan jalan keluar. Karena sebetulnya jalan keluar itu sudah dia miliki sendiri, dan dia bercerita hanya untuk mencari sarana untuk mengeluarkan isi hatinya. Ibarat sebuah tangki, seorang wanita harus mengeluarkan isi tangki itu semuanya setiap hari, karena kalau tidak dikeluarkan, isi tangki itu akan menekan dirinya dan membuat dirinya mati terendam di dalamnya.
Makanya tak heran, bila kita sering menjumpai banyak wanita yang suka bergerombol di mall-mall, kafe-kafe atau telephone berjam-jam hanya untuk curhat. Yang bagi sebagian orang (karena ada beberapa pria yang ternyata doyan ngobrol juga) dianggap tidak masuk akal dan tidak menghasilkan.
Itulah manusia, TUHAN menciptakan manusia bukan menjadi mahluk individual tapi mahluk social, yang harus saling berinteraksi satu sama lain. Melalui interaksi ini, kebutuhan dasar manusia terpenuhi secara sempurna dan menjadikan dia sebagai mahluk yang utuh.
So, siapapun anda baik pria dan wanita, belajarlah untuk membangun hubungan dengan sesama dan itu dimulai dari mendengar. Karena siapa tahu melalui diri kita, TUHAN sedang menjamah hidup orang itu untuk mengalami perjumpaan pribadi bersama YESUS.

ARAHKAN HATI DAN TELINGAMU UNTUK MENDENGAR KEBUTUHAN SESAMAMU DAN JAWABLAH SESUAI DENGAN APA TUHAN INGIN LAKUKAN ATAS DIRI MEREKA
KEHADIRANMU SANGAT BERARTI BAGI MEREKA, KARENA APA YANG MEREKA BUTUHKAN ITU ADA DALAM DIRIMU

TUHAN memberkati !! (lies – 28082009)


Tidak ada komentar: