Minggu, April 05, 2009

HAL MEMBERI (part 1)


Written by: liesye herlyna

Pagi-pagi sekali, pegawai saya bercerita bahwa pak haji tetangga saya telah berderma kepada seseorang katakanlah A. Si A ini tiba-tiba mendatangi toko pak haji, mengambil dan langsung memakai jaket itu. Bukan hanya itu, si A mengambil celana panjang dan mengambil sajadah. 


Mata pak haji mengawasi tingkah laku A ini dan berkata 
“Jang tirisnya, sok pake we, mun eta sajadah mah ulah. Da ku didinya oge moal dipake paling oge jang tilam sare.” 
(Jang, dingin yaa, ayo pake aja. Kalau sajadah itu jangan diambil karena tidak akan dipergunakan. Paling juga untuk alas tidur). 

Setelah pak haji berkata demikian, tanpa ba…..bi…bu… si A langsung ngeloyor pergi. Bayangkan bila anda di posisi pak haji, sudah memberi gratis tanpa ucapan terima kasih pula. Anda tentu merasa dongkol dan mengecap A sebagai orang yang tidak tahu terima kasih.

Melalui kejadian ini ROH KUDUS berbicara kepada saya, “Coba kamu lihat pak haji ini, dia benar-benar mengamalkan arti kasih yang sesungguhnya. Orang ini belum melakukan sesuatu yang baik bagi pak haji, bahkan mengambilnya, tidak membayar dan tanpa disertai ucapan terima kasih. Apakah kamu bisa melakukan hal yang sama, saat seseorang mengambil apa yang menjadi milikmu.” 

Jujur, saya merasa malu saat ROH KUDUS berbicara demikian, saya berbuat baik dengan orang-orang yang baik kepada saya. Saya rela berkorban bagi orang-orang yang saya kasihi. Tapi untuk orang yang tidak saya kenal, saya masih memperhitungkan untung ruginya dan dengan orang yang notabene telah mengecewakan, saya lebih perhitungan lagi.

ROH KUDUS menuntun saya pada suatu ayat di LUKAS 6:30-36, dimana ROH KUDUS memberikan suatu pencerahan dalam hidup saya bahwa selama ini saya telah menyimpang dari kasih mula-mula. Saya sudah tidak lagi menggunakan kasih ALLAH dalam menghadapi sesama tapi saya sudah menggunakan kasih dunia untuk menilai sesama.

Hati yang memberi dengan rela, itu harus dimiliki oleh setiap anak TUHAN. Bukan hati yang penuh dengan pamrih, hitung-hitungan untung rugi, tapi hati yang penuh belas kasihan. Kita patut belajar dari saudara sepupu kita, mengenai ketaatan dan memberi. Saat ada rekan seagamanya diusik, mereka akan cepat-cepat turun tangan. Beda dengan kita, yang rasa solidaritas sudah turun. Kita disibukkan dengan kepentingan masing-masing, sibuk dengan doktrin, sibuk dengan denominasi, sibuk dengan bisnis. Dan ini membuat kita lupa bahwa masih banyak orang di sekita kita yang membutuhkan uluran tangan kita.

Miliki gaya hidup sebagai anak-anak ALLAH, yang memberi dan tidak mengharapkan kembali.


LUKAS 6:30-36,
6:30 Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu.
6:31 Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.
6:32 Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.
6:33 Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.
6:34 Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.
6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
6:36 Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.
 

TUHAN memberkati ! (lies)

Tidak ada komentar: