Written by: liesye herlyna
Bagi yang suka mengunjungi Bandung, anda tentu tahu salah satu makanan khas Bandung yaitu surabi. Makan ini terbuat dari tepung beras, dipanggang diatas bara api lalu ditaburi oncom atau saus kinca.
Seiring dengan perkembangan jaman, surabi ini tidak lagi menjadi makanan tradisional tapi sudah menjadi makanan modern, diatasnya ditaburi dengan macam-macam topping, ada yang pakai keju-coklat-mezez, selai stroberry, selai nanas, kacang, whipper cream plus ice cream, etc. Pokoknya wuah….. mak……nyus……
Ada suatu tempat di utara kota Bandung, yang khusus menjual makanan ini. Pas pertama kali saya kesana, wealah….. penuh sesak. Saking ramainya sampai orang-orang harus mengantri dan mengambil karcis untuk membelinya.
Duh, gak kebayang deh, bagaimana kesalnya menunggu.Saking penasaran dengan rupa dan rasa surabi ini, saya bela-belain untuk menunggu.
Kemudian ROH KUDUS berbicara,” Kamu lihat apa yang dilakukan oleh pemilik surabi ini ?” “Tidak” jawabku. “Dia melakukan banyak inovasi, tidak hanya menjadi makanan kampung tapi diolah sedemikian rupa menjadi makanan modern dan dapat diterima oleh semua kalangan. Demikian pula dengan hidup ke-KRISTEN-an, harus terus dibangun dan mampu menyikapi setiap perubahan jaman dengan bijaksana.”
“Tuhan, aku masih belum paham” jawabku lagi.
“Kamu bandingkan tukang surabi ini dengan tukang surabi tradisional, yang tradisional hidup dalam keterbatasan, bangun pagi, meracik bumbu, menaburinya dengan oncom atau saus lalu menjualnya. Hidupnya hanya berputar-putar di tempat, hari ini habis 1 kg, besok beli lagi 1 kg. pembelinya itu-itu saja. Tapi coba kamu lihat yang modern, dia penuh dengan kreativitas dan imajinasi, dia menciptakan surabi dengan berbagai variasi akibatnya omzet penjualannya meningkat dan diburu oleh banyak orang.
Demikian pula dengan ke-Kristen-an ada 2 macam tipe: yang mau maju dan diam ditempat. Orang yang diam di tempat, hidupnya penuh dengan kekuatiran dunia dan merasa nyaman dengan keadaannya. Hidup hanya focus pada diri sendiri, kebahagiaanku, keluargaku, hartaku, semua adalah untukku….ku…..ku.
Akibatnya orang yang seperti ini tidak akan pernah mengalami hidup yang berkelimpahan yang sesungguhnya. Segala sesuatu hanya berpusat pada diri sendiri. Bahkan pada saat mencari TUHAN pun hanya mengharapkan berkat, berkat dan berkat.
Berbeda dengan tipe yang satu lagi, tipe orang seperti ini, tahu siapa dirinya dan untuk apa dirinya diciptakan. Apapun yang dia lakukan adalah untuk membawa kemuliaan TUHAN Kepada orang–orang yang seperti inilah, ALLAH melimpahkan hikmat, kekuatan, kasih, kuasa untuk menyertai-NYA. Orang-orang yang seperti inilah yang mampu menghadapi tantangan dunia ini, karena mereka diperlengkapi oleh ROH-KU.”
Dari peristiwa itu, ROH KUDUS menuntun saya untuk keluar dari zona nyaman, yang merasa sudah cukup dengan kondisi yang ada. Jujur, seringkali saya terjebak dalam hal ini, merasa sudah cukup dengan pelayanan yang ada, dengan ketrampilan yang ada, dengan pengetahuan yang ada. Ternyata itu belum cukup, Tuhan masih mau membawa saya ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Bukan hanya dalam satu segi, tapi dalam seluruh aspek kehidupan saya. Untuk menjadi seorang pemenang bukan hal yang mudah, ada harga yang harus dibayar.
Saya sempat bertanya ke beberapa sumber bagaimana pemilik surabi ini, bisa sedemikian majunya. Setelah bertanya kesana kemari, akhirnya informasi itu saya dapatkan. Satu-satunya sumber mata pencaharian keluarga ini tertutup karena suaminya di PHK, sedangkan istrinya adalah seorang ibu rumah tangga yang hanya mengurus anak-anak. Hari demi hari, keuangan semakin menipis, dan membuat keluarga ini pusing 7 keliling.
Tidak jauh dari rumah keluarga ini, ada seorang tukang surabi mangkal, yang setiap hari mereka lewati dan menjadi langganan juga. Tiba-tiba terbersitlah dalam pikiran ibu ini, bagaimana bila jualan surabi juga demi menjaga kelangsungan perekonomian rumah tangganya. Ibu ini kemudian mendatangi penjual surabi itu dan minta diajarkan cara meraciknya. Beberapa hari kemudian, ibu ini menjual surabi, mulai dari 1 kg tepung dan terkadang tidak habis. Pekerjaan ini terus dia tekuni, sampai suatu saat timbul ide lagi, bagaimana supaya surabi itu tidak keras keesokan harinya dan bagaimana bila disajikan dengan berbagai macam variasi.
Kegagalan demi kegagalan dialami ibu ini, tapi beliau pantang menyerah hasilnya bisa anda cicipi sekarang. Tempat usaha yang tadinya di gang sempit sekarang sudah berpindah di pinggir jalan dengan lokasi yang sangat strategis, dan karyawannya pun banyak. Sebagian besar diambil dari lingkungan tempat tinggalnya. “Supaya anak-anak maju dan punya penghasilan sendiri daripada mereka nganggur dan bikin onar” ujar pemiliknya.
Dari pemilik surabi ini, saya belajar bahwa:
1. UNTUK MAJU BUTUH USAHA DAN KERJA KERAS
EFESUS 6:10, "Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;”
2. KEBERHASILAN TIDAK DATANG BEGITU SAJA TAPI HARUS DICARI
FILIPI 2:14, "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan”
3. HANYA ORANG YANG BERJIWA PEMENANG YANG AKAN BERHASIL
2 TIMOTIUS 2:3-6,
2:3, Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
2:4 Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.
2:5 Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.
2:6 Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya."
4. UNTUK SUKSES HARUS KREATIF DAN IMAJINATIF
Sumber imajinasi tertinggi adalah dari TUHAN
AMSAL 1:7, "Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.”
AMSAL 15:33, "Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan."
5. JANGAN PELIT UNTUK BERBAGI ILMU
Saat kita bisa memberi kepada orang lain, kita adalah pelaku-pelaku Firman.
3 YOHANES 1:5, "Saudaraku yang kekasih, engkau bertindak sebagai orang percaya, di mana engkau berbuat segala sesuatu untuk saudara-saudara, sekalipun mereka adalah orang-orang asing."
KEGAGALAN ADALAH AWAL MENUJU KESUKSESAN. HANYA ORANG GAGAL LAH YANG BISA MENGHARGAI SEBUAH KESUKSESAN
TUHAN memberkati! (lies-20052008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar